Erupsi
obat atau ( allergic drug eruption ) itu sendiri adalah reaksi alergi yang
melibatkan sistem imun tubuh kita
terhadap obat dan metabolitnya reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian
obat dengan cara sistemik.Reaksi yang
dapat timbul biasanya berupa ruam kemerahan di kulit, Pengelupasan kulit,
bahkan sampai terjadi SJS (Stevens-Johnson syndrome ) yang berujung pada kematian.
Menurut hasil penelitian Chatterjee et al. (2006), insidens erupsi obat alergi
mencapai 2,66% dari total 27.726 pasien dermatologi selama setahun. Erupsi obat
alergi terjadi pada 2-3% pasien yang dirawat di rumah sakit, tetapi hanya 2%
yang berakibat fatal. Insidens erupsi obat alergi pada negara berkembang
berkisar antara 1% – 3%. Hampir 45% dari seluruh pasien dengan erupsi di kulit merupakan
kasus erupsi obat alergi. Insidens erupsi obat alergi lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria (Nayak & Acharjya,
2008).
FAKTOR RESIKO ( Erupsi Obat )
1. Jenis kelamin : Wanita lebih sering terkena dari pada pria
2. Riwayat penyakit : riwayat penyakit seperti asma memiliki resiko tinggi
3. Genetik / keturunan : pada pasien dengan riwayat orang tua memiliki alergi
terhadap obat , akan jauh lebih besar resikonya .
4. Bentuk obat : Beberapa jenis obat seperti antibiotika beta laktam
dan sulfonamida memiliki potensial untuk mensensitisasi tubuh.
5. Cara penggunaan
obat : obat yang diaplikasikan secara kutaneus cenderung lebih menyebabkan erupsi obat, Dosis dan durasi pemberian obat juga berperan dalam timbunya erupsi alergi obat.
GEJALA KLINIS
1. Eritema (Kemerahan)
2. Pruritus ( Gatal ) penyebab gatal biasanya karena lepasnya histamin
di kulit akibat proses inflamasi
3. Demam
4. Urtikaria (benjol di kulit)
5. Perubahan warna kulit di
tempat tertentu
6. Vesikel ( benjolan
berisi air atau nanah )
7. Mengelupasnya kulit
Eritema / Kemerahan |
Urtikaria |
Kulit Mengelupas |
JENIS OBAT
Menurut penelitian Saha et al
(2012), jenis-jenis obat yang paling sering menyebakan erupsi obat
alergi adalah
1. sulfonamid
yaitu sekitar 17%
2. flurokuinolon
sekitar 11,3%
3. analgesik sekitar 11,3% (Paracetamol)
4.
anti epilepsi
sekitar 11,3% (As.
Valproat, phenitoin)
5. allopurinol sekitar 7,5%
6. azitromicin
sekitar 5,70%.
7. kotrimoksazole
yaitu sekitar 22,2%
8. inflamasi non steroid sekitar 18% (Anafen, Brufen, Motrin, Nurofen, Panafen)
9. Antibiotik ( doxycycline dan tetrasiklin )
MENANGANI ERUPSI OBAT
Pengobatan erupsi / alergi obat biasnya sedikit sulit ,
karena kita tidak mengetahui penyebabnya .kecuali pasien mempunyai riwayat yang
jelas dan sudah melewati tes kepekaan
obat.
Pengobatan alergi obat ada 2 macam diantaranya
1. Pengobatan kausal : dengan cara menghindari obat yang dapat menyebabkan
hal tersebut , termasuk golongan yang sama
2. Pengobatan
simptomatis :
Pada kasus reaksi
anafilaktik syok , pasien harus segera di tangani segera dengan pemberian
epineprin ,antihistamin dan kortikosteroid. Kemudian di evaluasi tiap 15 menit
sampai membaik . Setelah pasien stabil kita hanya
perlu menambahkan antibiotiK, obat gatal
(antihistamin), dan analgesik.
PENCEGAHAN
Apabila penyebabnya sudah di ketahui sebaiknya hindari
penggunaannya, dan meminta kartu alergi pada petugas kesehatan dimana nantinya
akan berguna saat pasien menjalani pengobatan di rumah sakit , sehingga dapat
di cegah pajanan ulang dari obat tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar