Penyakit
Lepra (Morbus Hansen) biasa dikenal dengan
kusta adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh mycobacterium leprae
(M. leprae) yang menyerang saraf tepi kemudian dapat menyerang kulit, mukosa
mulut, saluran napas bagian atas, mata, otot, tulang dan testis kecuali susunan
saraf pusat. Bisanya pada kebanyakan orang yang terinfeksi dapat asimtomatik
atau tidak menimbulkan gejala berarti , tetapi akan menimbulkan gejala setelah
proses yang panjang / kronis seperti , kelumpuhan dan putusnya jari tangan dan
kaki.
Mycobacterium Leprae |
Penyakit
kusta termasuk salah satu penyakit yang tersebar di seluruh dunia dan biasanya
terdapat di daerah tropis dan subtropis seperti di Indonesia, India,
Afrika dan Brazil . Penyakit ini dapat menyerang semua umur, dan biasanya kasus
terbanyak pada umur antara 30-50 tahun dan lebih sering mengenai laki-laki
dari pada wanita.
Tempat penyebaran penyakit lepra |
KLASIFIKASI LEPRA
Setelah
seseorang didiagnosis menderita kusta,seteah itu kita harus menentukan jenisnya
menurut manifestasi klinisnya ,hasil pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan
histopatologi dan pemeriksaan imunologi. Proses klasifikasi juga membantu dalam
menejemen pengobatan, prognosis, dan komplikasi.
Menurut Ridley dan Jopling membagi penyakit kusta berdasarkan klinisnya yang terdiri atas :
§ TT: Tuberkuloid
polar ( MASIH BAIK )
§ BT : Borderline
tuberkuloid
§ BB : Mid
Borderline
§ BL : Borderline
lepromatous
§ LL : Lepromatosa
polar ( BURUK )
Menurut WHO ,
Lepra di bagi menjadi 2 jenis :
1.
Pausi Basiler (PB) à TT dan BT
Klinis :
a. bercak sedikit < 5, BTA negatif, letak asimetris tubuh, mati rasa di kulit,
luka kasar dan kering, central healing
tipe PB |
2.
Multi Basiler (MB) à BB, BL dan LL
Klinis : bercak
> 5, BTA positif, letaknya simetris antara sisi tubuh kanan dan kiri, luka
halus mengkilat, mukosa positif ,ukuran macula kecil dan banyak, prognosisnya
buruk.
tipe MB |
FAKTOR
RESIKO LEPRA / KUSTA
Apakah
penyakit lepra menular ? jawabannya iya , tetapi penularan yang pasti belum
diketahui, beberapa pendapat ahli penularan bisa melalui saluran pernapasan
(inhalasi) dan kulit (kontak langsung
yang lama dan terus menerus dengan
pasien. Diduga penularan juga melalui
air susu ibu. (Mansjoer
dkk, 2000)
cara penularan
melalui kontak langsung maupun tidak
langsung, melalui kulit yang
ada lukanya atau
lecet, dengan kontak
yang lama dan berulang-ulang. Anggota
keluarga yang tinggal
serumah dengan penderita
mempunyai resiko tertular lebih besar.( Entjang, 2000)
REAKSI LEPRA /
KUSTA
1.
Reaksi Reversal
Penderita lepra
dengan tipe MB
maupun PB dapat mengalami reaksi
reversal . 1 dari 4 pasien
memiliki resiko terkena reaksi ini.
Reaksi reversal paling sering
terjadi dalam enam bulan setelah
mulai
minum obat. Reaksi merupakan
tanda penyakit yang
sering muncul pertama
yang menyebabkan penderita datang
untuk berobat. Sebagian
kecil penderita mengalami reaksi
lebih lambat, baik
selama masa pengobatan maupun
sesudahnya.
2.
Reaksi Erythema Nodusum Leprosum (ENL)
Reaksi biasanya muncul pada tipe LL karena reaksi
ini menyerang sistem imun yang kebanyakan rendah pada penderita tipe LL. ENL lebih
sering terjadi pada masa
pengobatan. Hal ini dapat terjadi karena banyak kuman lepra yang
mati dan hancur,
berarti banyak antigen
yang dilepaskan dan bereaksi
dengan antibodi, serta mengaktifkan sistem komplemen
PEMERIKSAAN
PENUNJANG LEPRA
a. Pemeriksaan bakteriostatik : BTA yaitu
dengan menggunakan Ziehl-Neelsen.
Bila hasilnya negatif bukan berarti penderita tersebut sehat , perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan mencocokkan klinisnya
b. Pemeriksaan histopatologis : Pemeriksaan histopatologi pada
penyakit lepra dilakukan untuk memastikan gambaran klinik,
misalnya lepra Indeterminate atau
penentuan klasifikasi lepra
c. Pemeriksaan
serologis
Pada pemeriksaan
ini untuk mengetahui tingkat imunitas pasien tersebut
PENGOBATAN LEPRA /KUSTA
1.
Dapson
Efek
samping yang mungkin timbul antara lain nyeri kepala, erupsi
obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia perifer, sindrom DDS,
nekrolisis epidermal toksik, hepatitis, hipoalbuminemia, dan methemoglobinemia.
2.
Rifampisin
Efek
samping yang harus diperhatikan adalah hepatotoksik,
nefrotoksik, gejala gastrointestinal, flu like syndrom, dan erupsi kulit.
3.
Lamprene
Efek
sampingnya menyebabkan pigmentasi
kulit, gangguan gastrointestinal (nyeri abdomen, nausea, diare, anoreksia,
dan vomitus), dapat juga tertimbun di hati. Perubahan warna akan menghilang
setelah obat dihentikan.
4.
Ofloksasin
Efek
sampingnya adalah mual, diare, dan gangguan saluran cerna lainnya,
berbagai gangguan susunan saraf pusat termasuk insomnia, nyeri kepala,
dizziness, nervousness dan halusinasi.
Saat ini pemerintah sudah mengeluarkan obat
Lepra dalam bentuk paketan untuk mempermudah penderita mengatur waktu
mengkonsumsi dan lama pemakaian. Berikut cara mengobati obat Lepra
yang benar :
1. Lepra tipe PB
Jenis dan obat
untuk orang dewasa
Pengobatan
bulanan : Hari
pertama (diminum didepan petugas)
a.
2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg)
b.
1 tablet Dapsone (DDS 100 mg)
Pengobatan hari ke 2-28 (dibawa
pulang)
a. 1 tablet dapson (DDS 100 mg)
1
Blister / paket untuk 1 bulan
Lama pengobatan
: 6 Blister / paket diminum selama 6-9 bulan !!! tidak boleh putus
2. Lepra tipe MB
Dosis dan cara
pakai untuk orang dewasa :
Pengobatan
Bulanan : Hari
pertama (Dosis diminum di depan
petugas)
a.
2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg)
b.
3 kapsul Lampren 100 mg (300 mg)
c.
1 tablet Dapsone (DDS 100 mg)
Pengobatan
Bulanan : Hari ke 2-28
a. 1 tablet Lampren 50 mg
b. 1 tablet Dapsone (DDS 100 mg)
1 blister /
paket untuk 1 bulan
Lama Pengobatan
: 12 Blister diminum selama 12-18 bulan !!! tidak boleh putus
KESIMPULAN
Pada prinsipnya
penyakit lepra (Morbus Hansen) bisa di sembuhkan, tetapi memang membutuhkan
waktu yang lama dan harus ada support dari orang terdekat, jangan sampai
penderita ini di jauhkan dari pergaulan dan sulit mendapatkan pekerjaan .
Penyakit lepra
dapat menular melalui kontak jangka panjang (terus menerus), baik secara
bersentuhan maupun melewati luka .
Pada pengobatan
yang putus atau tidak sesuai aturan , biasanya pasien akan mengalami MDR ( multi
drug resisten ), sehingga butuh konsultasi dengan dokter spesialis kulit yang
bersangkutan.
0 komentar:
Posting Komentar